BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang masalah
Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan ari bahasa Arab, yaitu al-Hadrah al-Islamiyah. Istlah Arab ini sering juga
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “Kebudayaan Islam”.
Peradaban Islam, dapat ditelusuri dari sejarah Rasulullah, para sahabat (Khalifahu Rasyidin), dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat
Islam sekarang. Islam yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangasa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan di abaikan oleh
bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya
bersumber pada peradaban Islam
yang masuk ke eropa melaui spanyol.
Dalam sejarah Islam tercatat, bahwa salah satu dinamika
islam itu dicirikan oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Umayyah
dan Abbasiya. Umayyah dan Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya
memunculkan ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir muslim.
Dalam diskusi kali ini, kami akan membahas
peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Dinasti
Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan
peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar
pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan
peradaban Islam. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang sejarah
berdirinya Dinasti Abbasiyah dan peradaban pada masa Abbasiyah, kemajuan dan kemunduran
pada Dinasti Abbasiyah.
1.2.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2.
Bagaimana peradaban Islam pada masa
Dinasti Abbasiyah?
3.
Apa pengaruh Dinasti Abbasiyah terhadap
negara-negara Eropa?
1.3.
Tujuan pembahasan
Berdasarkan pembahasan latar
belakang tersebut maka, penulis mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini,
yaitu:
1.
Untuk mengetahui sejarah berdirinya
Dinasti Abbasiyah?
2. Untuk
mengetahui bagaimana peradaban Islam pada Dinasti Abbasiyah.
3. Untuk
menambah wawasan terhadap pengaruh Dinasti Abbasiyah dan sejarah Islam pada
masa lampau.
BAB
11
PEMBAHASAN
MATERI
2.1.
Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Menjelang
akhir daulah umayyah 1, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1. Penindasan
yang terus-menerus terhadap pengikut Ali dan bani Hasyim pada umumnya.
2. Merendahkan
kaum muslimin yang bukan bangsa arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan
dalam pemerintahan.
3. Pelanggaran
terhadap ajaran Islam dan HAM dengan cara terang-terangan.
Oleh karena itu,
bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untuk
menumbangkan daulah umayyah. Gerakan ini menghimpun:
a) Keturunan
Ali (Alawiyin) pemimpin Abu Salamah.
b) Keturunan
Abbasiyah pemimpinnya Ibrahim al-iman.
c) Keturunan
bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al—Khurasany.
Mereka
memusatkan kegiatannya di Khurasan, dengan usaha tersebut tumbanglah daulah
umayyah dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir. Dengan
terbunuhnya Marwan maka mulailah berdiri daulah Abbasiyah dengan diangkatnya
khalifah pertama Abdullah bin Muhammad dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah,
pada tahun 132-136 H/750-754 M atau selama lima abad.
Berdirinya
dinasti ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran Bani Hasyim (Alawiyun)
setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk
berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum
berdirinya dinasti ini terdapat 3 poros utama yang merupakan pusat kegiatan,
antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan
peranannya dalam menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas
bin Abdul Muthalib. Nama Al-abbas paman Rasulullah inilah yang disandarkan pada
3 tempat pusat kegiatan tersebut, yaitu Humaimah, Kufah, Khurasan. Humaimah
merupakan tempat yang tentram, bermukim dikota itu keluarga Bani Hasyim, baik
dari kalangan pendukung Ali maupun Abbas. Kufah merupakan wilayah yang
penduduknya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Thalib yang selalu
bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah. Khurasan memiliki warga yang
pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu, dan
tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, di sanalah yang
diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.
Di kota Humaimah bermukim keluarga
Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang
merupakan peletak dasar-dasar berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan
strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para
penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah pimpinannya yang
berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakn dengan
strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim
pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya
diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh
pasukan Umayyah lalu dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya dieksekusi. Ia
mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya dan
memerintahkan untuk pindah ke kufah. Sedangkan, pemimpin propaganda dibebankan
oleh Abu Salamah. Segeralah Abu abbas pindah dan diiringi oleh para pembesar
Abbasiyah yang lain seperti Abu ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullan bin Ali.
Penguasa umayyah di kufah, Yazid bin Umar
bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu salamah
selanjutnya berkemah di kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman
Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah umayyah terakhir yang
melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di dataran rendah Sungai Zab.
Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyebrangi Sungai Eufrat sampai
ke Damaskus. Khalifah tersebut melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan
akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-fayyum, tahun 132 H/750 M dibawah
pimpinan Salih bin Ali seorang paman abbas yang lain. Dengan demikian
tumbanglah Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh
khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan
awalnya di Kufah.
2.2.
Pemerintahan Abul Abbas Ash-shaffah
Bani Abbasiyah mewariskan imperium
besar dari Bani Umayyah. Mereka mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena
landasannya telah disiapkan oleh Bani Umayyah yang besar dan Abbasiyah-lah yang
pertama kali memanfaatkannya. Penggantian dinasti ini di dalam kepemimpinan
masyarakat Islam lebih dari sekedar pergantian dinasti namun pergantian ini
adalah revolusi dalam sejarah Islam.
Seluruh anggota keluarga Abbas dan
pimpinan umat Islam menyatakan setia kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai
khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat
dekat Baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dari massa pemerintahannya untuk
memerangi para pemimpin Arab yang diketahui membantu Bani Umayyah.
Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya
bertahan 4 tahun 9 bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang
telah dijadikannya sebagai tempat kedudukan pemerintahan. Ia berumur tidak
lebih dari 33 tahun bahkan ada yang mengatakan ia meninggal pada saat berumur
29 tahun.
Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa,
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politi,
sosial, dan budaya. Berdasarkan pola perubahan tersebut, para sejarahwan
membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menyadi empat periode, yaitu:
1. Masa
Abbasiyah 1, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (759M) sampai
meninggalnya khalifah al-watsiq 232 H(847 M).
2. Masa
Abbasiyah 11, yaitu mulai khalifah Al-Muttawakkil pada tahun 232 H (847 M)
sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 m).
3. Masa
Abbasiyah 111, yaitu berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum saljuk ke Baghdad tahun
447 H(1055 M).
4. Masa
Abbasiyah 1V, yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad ke tangan Mongol di
bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).
2.3. Baghdad sebagai pusat peradaban
Islam
Pada mulanya ibu kota negara adalah
Al-Hasyimiyah dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga
stabilitas negara yang baru berdiri, Al-manshur memindahkan ibu kota negara ke
kota yang baru di bangunnya yaitu Baghdad dekat ibu kota persia dulu, Ctesipon
pada tahun 762 M.
Baghdad terletak di pinggir kota
Tigris. Al-manshur sangat cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan
dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan
mempelajari kota tersebut. Bahkan ada beberpa orang yang ditugaskan untuk
tinggal di tempat tersebut untuk beberapa musim yang berbeda. Kemudia, para
ahli melaporkan kepadanya tentang keadaan udara, tanah, dan lingkungan setelah
melakukan penelitian secara seksama, barulah tempat tersebut ditetapkan sebagai
ibukota.
Sejak berdirinya kota baghdad sudah
menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Kota
baghdad sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat aktivitas
pengembangan ilmu, antara lain baitul hikmah yaitu lembaga ilmu pengetahuan
sebagai pusat pengkajian berabagai ilmu. Baghdad juga sebagai pusat
penerjemahan buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab.
Sebagai ibu kota, baghdad mencapai
puncaknya pada masa Harun Ar-rasyid walaupun kota tersebut belum lima puluh
tahun dibangun. Kemegahan dan kemakmuran tercermin dalam istana khalifah yang
luasnya sepertiga dari kota baghdad yang berbentuk bundar yang dilengkapi
beberapa bangunan sayap dan ruang audiensi yang dipenuhi berbagai perlengkapan
yang terindah. Kemewahan istana itu muncul terutama dalam upacara penobatan
khalifah, perkawinan, keberangkatan haji, dan jamuan untuk para duta negara
asing. Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat
maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan.
2.4. Dinasti-dinasti yang
memerdekakan diri dari Baghdad
Dalam bidang politik, disintegrasi
sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman Umayyah. Sebagaimana diketahui,
wilayah kekuasaan Bani Umayyah dari awal berdirinya hingga masa kehancurannya,
sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa
Dinasti Abbasiyah, kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di
wilayah Spanyol dan Afrika utara, kecuali mesir. Bahkan dalam kenyataannya,
banyak wilayah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada
dibawah kekuasaan gubernur provinsi yang bersangkutan. Hubungannya dengan
khalifah ditandai dengan upeti.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah
Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi
tertentu, dengan pembayaran upeti. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah
tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa bani
Abbasiyah lebih menitikberatkan pada peradaban dan kebudayaan daripada politik
dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan tersebut
beberapa provinsi tertentu yang berada di pinggiran mulai melepas diri dari
genggaman Bani Abbasiyah. Adapun Dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari
kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Thahiriyah
di khurasan, persia (820-872 M).
2. Safariyah
di fars, persia (868-901 M).
3. Samaniyyah
di transoxania (873-998 M).
4. Sajiyyah
di azerbaijan (878-930 M).
5. Buwaihiyah,
persia (932-1055 M).
6. Thuluniyah
di mesir (837-903 M).
7. Ikhsidiyah
di turkistan (932-1163 M).
8. Ghazwaniyah
di afganistan (962-1189 M).
9. Dinasti
saljuk (1055-1157 M).
10. Al-barzuqani,
kurdi (959-1015 M).
11. Abu
ali, kurdi (990-1095 M).
12. Ayyubiyah,
kurdi (1167-1250 M).
13. Idrisiyah
di maroko (788-985 M).
14. Aghlabiyah
di tunisia (1800-900 M).
15. Dulafiyah
di kurdistan (825-898 M).
16. Alawiyah
di tabiristan (864-928 M).
17. Hamdaniyah
di aleppo dan musil (929-1002 M).
18. Mazyadiyyah
di hillah (1011-1150 M).
19. Ukailiyah
di mausil (996-1095 M).
20. Mirdasiyah
di allepo (1023-1079 M).
21. Dinasti
umayyah di spanyol.
22. Dinasti
fatimiyah di mesir.
Dari latar belakang
dinasti tersebut,tampak jelas adanya persaingan antarbangsa terutama antara
arab, persia, dan turki. Di samping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti
itu juga dilatar belakangi oleh paham keagamaan, ada yang berlatar belakang
Syi’ah dan ada pula yang Sunni.
2.5. Para khalifah Dinasti
Abbasiyah
Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah
meninggal, ia mewasiatkan penggantinya yaitu saudaranya abu ja’far yang memakai
gelar Al-Manshur, kemudian Isa bin Musa keponakannya. Sistem pengumumannya
mengikuti cara pada Dinasti Bani Umayyah. Pada masa Dinasti ini, memiliki 37
khalifah, mereka adalah:
1. Abul
Abbas Ash-Shaffah (pendiri) 749-754
M
2. Abu
Ja’far Al-Manshur 754-775
M
3. Abu
Abdullah Muhammad Al-Mahdi 775-785
M
4. Abu
Muhammad Musa Al-Hadi 785-786
M
5. Abu
Ja’far Harun Ar-Rasyid 786-809
M
6. Abu
Musa Muhammad Al-Amin 809-813
M
7. Abu
Ja’far Abdullah Al-Ma’mun 813-833
M
8. Abu
Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim 833-842
M
9. Abu
Ja’far Harun Al-Watsiq 842-847
M
10. Abu
Fadl Fa’jar Al-Mutawakil 847-861
M
11. Abu
Ja’Far Muhammad Al-Muntashir 861-862 M
12. Abul
Abbas Ahmad Al-Musta’in 862-866
M
13. Abu
Abdullah Muhammad Al-Mu’taz 866-869
M
14. Abu
Ishaq Muhammad Al-Muhtadi 869-870
M
15. Abul
Abbas Ahmad Al-Mu’tamid 870-892
M
16. Abul
Abbas Ahmad Al-Mu’tadid 892-902
M
17. Abul
Muhammad Ali Al-Muktafi 902-905
M
18. Abul
Fadl Ja’far Al-Muqtadir 905-932
M
19. Abu
Mansur Muhammad Al-Qahir 932-934
M
20. Abul
Abbas Ahmad Ar-radi 934-940
M
21. Abu
Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi 940-944
M
22. Abul
Qasim Abdullah Al-Mustaqi 944-946
M
23. Abul
Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti 946-974
M
24. Abul
Fadl Abdul Karim At-thai 974-991
M
25. Abul
Abbas Ahmad Al-Qadir 991-1031
M
26. Abul
Ja’far Abdullah Al-Qaim 1031-1075
M
27. Abul
Qasim Abdullah Al-Muqtadi 1075-1094
M
28. Abul
Abbas Ahmad Al-Mustadzir 1094-1118
M
29. Abul
Manshur Al-Fadl Al-Mustarsyid 1118-1135
M
30. Abu
Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid 1135-1136
M
31. Abu
Abdullah Muhammad Al-Muttaqi 1136-1160
M
32. Abul
Mudzafar Al-Mustanjid 1160-1170
M
33. Abu
Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi 1170-1180
M
34. Abu
Al-Abbas Ahmad An-Nasir 1180-1225
M
35. Abu
Nasr Muhammad Az-Zahir 1225-1226
M
36. Abu
Ja’far Al-Mansur Al-Mustansir 1226-1242
M
37. Abu
Ahmad Abdullah Al-Mu’tasim billah 1242-1258
M
Pada masa bangsa
Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258M, ada seorang pangeran
keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan yang
bergelar hanya dibidang keagamaan dibawah kekuasaan kaum mamluk di Kairo, Mesir
tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan khalifah terakhir
keturunan Abbasiyah si Mesir berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh Sultan
Salim 1 dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M. Dengan
demikian, hilanglah kekhalifahan Abbasiyah untuk selama-lamanya.
Para khalifah
Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut.
1. Al-Muntashir 1261-1261
M
2. Al-Hakim
I 1261-1302
M
3. Al-Mustakfi 1302-1340
M
4. Al-Wasiq 1340-1341
M
5. Al-Hakim
II 1341-1352
M
6. Al-Mutadid
I 1352-1362
M
7. Al-Muttawakil I 1362-1377
M
8. Al-Mu’tashim 1377-1377
M
9. Al-Muttawakil
I 1377-1383
M
10. Al-Watsiq
II 1383-1386
M
11. Al-Mu’tashim 1386-1389
M
12. Al-Muttawakil 1389-1406
M
13. Al-Musta’in 1406-1414
M
14. Al-Mu’tadid 1414-1441
M
15. Al-Mustakfi
II 1441-1451
M
16. Al-Qaim 1451-1455
M
17. Al-Mustanjid 1455-1479
M
18. Al-Muttawakil II 1479-1497
M
19. Al-Mustamsik 1497-1508 M
20. Al-Muttawakil III 1508-1516
M
21. Al-Mustamsik
1516-1517
M
22. Al-Muttawakil
III 1517-1517
M
2.6.
Masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah
Pada
periode pertama pemerintahan Abbasiyah mengalami masa keemasan. Secara politis
para khalifah menjadi tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga siap menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan dalam Islam.
Kejayaan masa
Abbasiyah ini dikarenakan pada periode ini lebih menekankan pada pembinaan
peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Disinilah letak
perbedaan Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan
Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan
anaknya Al-Mukmin (813-833 M). Ketia Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan
makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan,
dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India.
Pada masanya hidup
pula para filsuf, pujangga, ahli baca Al-Quran dan para ulama dibidang agama.
Didirikan perpustakaan yang bernama Baitul Hikmah. Pada masanya berkembang pula
ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu Al-Quran, Qira’at, hadist, fiqh, ilmu
kalam, bahasa, dan sastra. Empat mahzab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa
Abbasiyah, diantaranya yaitu Imam Abu Hanafi (meninggal di Baghdad tahun 150 H/
677 M) adalah pendiri mahzab Hanafi. Imam Malin bin Anas banyak menulis hadist
dan pendiri mahzab maliki (wafat di Madinah tahun 179 H/795 M). Muhammad bin
Idris Ash-Syafi’i (wafat di Mesir tahun 204 H/819 M) adalah pendiri mahzab
Syafi’i. Ahmad bin Hanbul pendiri mahzab hambali (wafat tahun 241 H/855 M). Di
samping itu dikembangkan pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika,
ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik,
kedokteran, dan kimia.
Lembaga Islam
pada masa Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Hal
ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahasa
administrasi maupun bahasa ilmu pengetahuan yang sudah berlaku sejak masa Bani
Umayyah. Kemajuan tersebut ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut.
1. Terjadinya
asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembanga dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerinahan Bani Abbas,
bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara
efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh persia, india, dan yunani
sangat berjasa dalam perkembangan ilmu.
2. Gerakan
penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada masa khalifah
Al-mansur hingga harun ar-rasyid, pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah
karya-karya dalam bidang asronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai dari
masa khalifah Al-makmun hingga tahun 300 H, buku-buku yang banyak diterjemahkan
adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah
tahun 300H, teruatama setelah pembuatan kertas, selanjutnya bidang-bidang ilmu
yang diterjemahkan semakin luas.
Khalifah Harun Ar-Rasyid
merupakan penguasa yang paling kuat di dunia pada saat itu, tidak ada yang
menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya, dan kekuatan
pemerintahannya serta ketinggian budaya dan peradaban yang berkembang di
negaranya. Khalifah harun Ar-rasyid berada pada tingkat yang paling tertinggi
tingkatannya jika dibandingkan dengan karel Agung di Eropa yang menjalin
persahabatan dengannya karena motif yang saling menguntungkan. Harun bersahabat
dengan karel untuk mengahadapi dinasti umayyah di Andalusia, sementara karel
berkepentingan dengan khalifah untuk menghadapi Bizantium. Baghdad sebagai ibu
kota Abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu, walau dengan konstantinopel
sebagai ibu kota Bizantium sekalipun.
2.7.Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemunduran Dinasti Abbasiyah
Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan
gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah
hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara
Mongol di bawah Hulagu khan pada tahun 1258 M. Semua bangunan termasuk istana
emas dihanguskan oleh tentara Mongol, termasuk bangunan pendidikan semua di
luluh lantakkan. Pada tahun 1400 M kota ini doserang pula oleh pasukan Timur
lenk, pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Safawi.
Menurut W.Montgomery Watt, bahwa faktor
yang menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai
berikut.
1. Luasnya
wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Selain itu, rasa kepercayaan para penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah.
2. Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka
sangat tinggi.
3. Keuangan
negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara sangat besar.
Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman
pajak ke Baghdad.
Sedangkan
menurut Dr. Badri Yatim,M.A., diantar ahal yang menyebabkan kemunduran Dinasti
Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1. Persaingan
antar banga\sa
Khalifah Abbasiyah
sisirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan persia. Persekutuan tersebut
dilakukan karena adanya kesamaan nasib karena penindasan yang dilakukan dinasti
umayyah. Setelah Dinasti Abbasiyah berdiri, ia tetap mempertahankan persekutuan
tersebut. Pada masa ini persaingan antar bangsa memicu untuk saling berkuasa.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan
sejak awal khalifal Abbasiyah berdiri.
2. Merosotnya
perekonomian
Kemunduran di bidang
ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada awal pemerintahan
dana yang masuk lebih besar dari dana yang keluar, sehingga baitul mal penuh
dengan harta, dan menjadi pemerintahan yang kaya. Setelah khlaifah mengalami
periode kemunduran, pendapatan mengalami penurunan, dengan demikian terjadilah
kemerosotan dibidang ekonomi.
3. Konflik
keagamaan
Konflik keagamaan yang
muncul menjadi isu sentra sehingga mengakibatkan terjadinya perpecahan.
Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, syi’ah, ahlus sunnah,dan kelompok-kelompok
lainnya menjadikan pemerintahan abbasiyah mengalami kesulitan untuk
mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4. Perang
salib
Perang salib merupakan
sebab dari eksternal umat islam. Perang salib yang berlangsung beberapa
gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintah abbasiyah
terpecah belah untuk menghadapi tentara salin sehingga memunculkan
kelemahan-kelemahan.
5. Perang
bangsa Mongol (1258 M)
Serangan tentara mongol ke wilayah
kekuasaan isalam menyebabkan kekuatan isalm menjadi lemah, apalagi serangan
hulaga khan dengan pasukan mongol yang menyebabkan kekuatan abbasiyah menjadi
lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan mongol.
2.8. Akhir kekuasaan Dinasti
Abbasiyah
Akhir
dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
mongol yang dipimpin oleh hulaga khan, 656 H/1258 M. Hulaga khan adalah seorang
saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara
Mongke Khan yang menguasakannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah
barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad dihanguskan dengan tanah. Khalifah Bani
Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh,
buku-buku yang terkumpul di baitul hikmah dibuang ke sungai Tigris sehingga
berubahlah warna air sungai menjadi hitam karna lunturan tinta yang ada pada
buku-buku tersebut.
Dengan
demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam
kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.
BAB 111
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari pembahasan dalam makalah ini,
kami dapat mengambil kesimpulan bahwa berdirinya Dinasti Abbasiyah ini
didirikan atas dua strategi, yaitu: pertama, dengan sistem mencari pendukung
dan penyebaran ide secara rahasia, ini sudah berlangsung sejak akhir abad
pertengahan hijriah yang dipusatkan di Al Hamimah. Kedua, dengan cara
terang-terangan dan himbauan di forum resmi untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah
dan berlanjut dengan peperangan melawan Daulah Umayyah.
Sistem
pemerintahannya meniru Dinasti umayyah, dasar-dasar pemerintahan diletakkan
oleh khalifah kedua, abu ja’far Al- mansyur. Sistem politik dijalankan oleh
para khalifah keturunan Arab murni, kota baghdad dijadikan sebagai ibu kota
negara yang menjadi pusat peradaban di masanya.
Dalam peradabannya Dinasti
ini memiliki peradaban yang tertinggi
setelah masa Dinasti Umayyah sebelumnya. Selain itu, Dinasti Abbasiyah sangat
berpengaruh terhadap negara-negara bagian eropa.
3.2.Saran
Dari pembahasan makalah ini kami
berharap, para pembaca dapat memahami dan mengerti tentang sejarah peradaban
Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Memahami dan mengerti pada saat berdirinya
dinasti tersebut, peradaban yang terjadi pada masanya dan pengaruh Dinasti
tersebut terhadap negara-negara disekitarnya.
SOAL
ESSAY
Essay
1. Jelaskan
sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah!
2. Apa
yang menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah dan bagaimana akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah?
Soal
pilihan ganda alternatif
1. Gerakan
penerjemahan berlangsung dalam tiga fase yaitu . . .
a. Fase pertama masa khalifah Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid, fase kedua masa
khalifah Al- Makmun hingga 300 H, fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H.
b. Fase
pertama masa khalifah Al-Makmun hingga Al-Manshur, fase kedua masa kholifah
Bani Umayyah hingga Al- Manshur, fase ketiga masa khalifah harun Al-Rasyid.
c. Fase
pertama berlangsung pada 300 H, fase kedua masa khalifah Al –Manshur hingga
harun Ar- rasyid, fase ketiga masa khalifah Al-Makmun hingga 300 H.
d. Fase
pertama masa khalifah Al- Makmun hingga 300 H, fase kedua masa khalifah Al-
Manshur hingga Bani Umayyah, fase ketiga berlangsung setelah tahun 300H.
e. Fase
pertama masa khalifah Al –Manshur hingga Harun Al- Rasyid, fase kedua
berlangsung setelah tahun 300 H,fase ketiga kholifah Bani Umayyah.
2. Mengapa
Bani Abbasyiah mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah....
a. Karena landasan yang pertama telah dipersiapkan oleh Bani
Umayyah yang besar dan mencapai hasil lebih banyak.
b. Karena
Bani Abbasiyah mempunyai peluang besar.
c. Karena
Bani Abbasiyah merupakan pemimpin Arab.
d. Karena
masa Abbasiyah mengalami masa kejayaan yang sangat pesat.
e. Karena
masa Abbasiyah ditandai semenjak meninggalnya Khalifah Al-Watsiq.
3. Apa
penyebab peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai
kejayaannya pada masa Abbasiyah. . .
a. Dinasti
Abbasiyah pada periode ini lebih banyak pendukung dari Bani Abbasiyah.
b.
Dinasti Abbasiyah pada
periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada
perluasan wilayah.
c. Dinasti
Abbasiyah lebih mengutamakan kemakmuran Bani Abbasiyah nya.
d. Dinasti
Abbasiyah lebih mengutamakan pemerintahan dan kemakmuran Bani Abbasiyah.
e. Dinasti
Abbasiyah pada periode ini lebih mementingkan kekuasaan.
4. Mengapa
pada masa pemerintahan Al-Makmun, pengaruh Yunani sangat kuat....
a. Sebab
bangsa Yunani menguasai pemerintahan Al-Makmun.
b. Karena
bangsa Yunani sangat pintar menguasai bahasa.
c.
Karena ilmu-ilmu yang
masuk ke dalam Islam melaui terjemahan dari bahasa Yunani diterjemahkan oleh
seorang Kristen ke dalam bahasa Arab.
d. Karena masa pemerintahan Al-Makmun mengalami
perkembangan dalam terjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.
e. Karena
Al-Makmun pandai dalam menerjemahkan bahasa Yunani ke bahasa Arab.
5. Apa
yang melandasi Harun bersahabat dengan Karel, dan Karel bersahabat dengan Harun...
a. Karena
untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dalam masa pemerintahannya.
b. Karena
Harun ingin menguasai wilayah Karel.
c. Karena
mereka sama-sama ingin menguasai wilayah islam.
d. Adanya
faktor ektren dan intern.
e.
Karena Harun ingin
menghadap Dinasti Umayyah di andalusiah, sementara karel berkepentingan dengan
Harun untuk menghadapi Bizamtium dan Baghdad yang sebagai ibukota Abbasiyah.
6. Apa
penyebab hilangnya kekhalifahan Abbasiyah untuk selama-lamanya....
a. Karena
khalifah Abbasiyah sudah tutup usia.
b. Karena
adanya serangan dari Bani Ummayah.
c.
Karena di ambilnya jabatan
oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai mesir.
d. Karena
terjadi peperangan yang sangat dahsyat di Baghdad oleh bangsa Mongol.
e. Karena
ketidaksanggupan khalifah Abbasiyah untuk menjabat lagi sebagai khalifah.
7. Apa
yang melatar belakangi Al-Manshur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru
di bangunnya, Baghdad dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon...
a.
Karena untuk memantapkan
dan menjaga stabilitas negara.
b.
Karena untuk menghindari serangan dari
negara lain.
c.
Untuk menjadikan negara lebih baik.
d.
Karena adanya serangan dari bangsa
Mongol untuk menguasai negara tersebut.
e.
Karena untuk mengubah kemakmuran dan
kesejahteraan negara.
8. Salah
satu faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah...
a.
Karena para khalifah Abbasiyah sudah
tidak sanggup lagi dalam memimpin.
b. Karena luasnya wilayah kekuasan daulah Abbasiyah, sementara
konmunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dentan itu, tingkat
saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat
rendah.
c. Karena
adanya ketidakstabilan pemerintahan.
d. Karena
sempitnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah.
e. Karena
terjadinya persaingan kekuasaan yang sangat menonjol antar bangsa.
9. Apa
penyebab beberapa dinasti melepaskan diri dari Baghdad....
a. Karena
mereka ingin mendirikan negara sendiri tanpa campur tangan khalifah yang lain.
b. Karena
mereka ingin bebas dari tekanan bangsa lain yang ingin menguasai Baghdad.
c.
Penguasa Bani Abbas lebih
menitikberatkan pembinaan peradabn dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
d. Penguasa
Bani Abbas ingin menguasai wilayah nya sendiri.
e. Bani
Abbasiyah tidak kuat dengan sikap otoriter pemimpin Baghdad.
10. Apa
akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam...
a.
Beberapa provinsi tertentu
di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.
b. Negara
bertambah kokoh persatuan dan kesatuannya.
c. Semakin
meningkatnya kedisiplinan negara.
d. Semakin
stabilnya perekonomian negara.
e. Semakin
majunya negara dalam berbagai aspek.
DAFTAR PUSTAKA
Amir
munir samsul, sejarah peradaban islam, jakarta:AMZAH,2009.
Sunanto
musyrifah, sejarah islam klasik, jakarta: pernada media,2003.
Yatim
badri, sejarah peradaban islam, jakarta: rajagrafindo persada,1998.
Nizar
samsul, sejarah pendidikan islam, jakarta: kencana,2011.