Sabtu, 10 Mei 2014

PERHAPS LOVE

PERHAPS LOVE

I don’t remember from when it was...
That I started to keep thinking about you
The thought would appear about twice..
They keep expanding and I felt a bit sureprised
I kept thinking to my self that it was nothing..

Is it love ? if you’re thinking the same thing then is it a start for us..
My heart keep loving you,
Its screaming for the whole world to hear
Why is it that I only hear now?
I’ve found love now  that  I’ve found you

Even if I try to explain my heart
The only way you would know is if you had my heart
I’m already inside you, just how you’re in my heart
We might already be inside each other heart
Now that I think about it, were so many moments of fluttering
I’ll make up for all the  time lost

I’ll be with you and give you only good memories, so in return you can’t leave me
Even the  slightest moment make me uneasy.
Just stay with me.,
I’m loving you until the end of time and always hold your heart..



the world would be a better place if you're with me..
with love,
Dewi Safira & Chandra Daryusman.







Senin, 03 Maret 2014

Justin bieber "Fall"


JUSTIN BIEBER LYRICS




"Fall"

Whoa, ooh
Well, let me tell you a story
About a girl and a boy
He fell in love with his best friend
When she's around, he feels nothing but joy
But she was already broken, and it made her blind
But she could never believe that love would ever treat her right

Did you know that I loved you or were you not aware?
You're the smile on my face
And ain't going nowhere
I'm here to make you happy, I'm here to see you smile
I've been wanting to tell you this for a long while

What's gonna make you fall in love?
I know you got your wall wrapped all the way around your heart
Don't have to be scared at all, oh, my love
But you can't fly unless you let yourself,
You can't fly unless you let yourself fall

Well, I can tell you're afraid of what this might do
Cause we got such an amazing friendship and that you don't wanna lose
Well, I don't wanna lose it either
I don't think I can stay sitting around while you're hurting babe, so take my hand

Well, did you know you're an angel who forgot how to fly?
Did you know that it breaks my heart every time to see you cry
Cause I know that a piece of you's gone
Every time he done wrong I'm the shoulder you're crying on
And I hope by the time that I'm done with this song that I figure out

What's gonna make you fall in love?
I know you got your wall wrapped all the way around your heart
Don't have to be scared at all, oh, my love
But you can't fly unless you let yourself,
You can't fly unless you let yourself fall

I will catch you if you fall
I will catch you if you fall
I will catch you if you fall

But if you spread your wings
You can fly away with me
But you can't fly unless you let your...
You can't fly unless you let yourself fall

What's gonna make you fall in love?
I know you got your wall wrapped all the way around your heart
Don't have to be scared at all, oh, my love
But you can't fly unless you let yourself,
You can't fly unless you let yourself fall,

So fall in love (in love)
I know you got your wall wrapped all the way around your heart
Don't have to be scared at all (don't have to be scared, don't have to be scared at all), oh, my love
But you can't fly unless you let yourself,
You can't fly unless you let yourself fall

I will catch you if you fall
I will catch you if you fall
I will catch you if you fall

If you spread your wings
You can fly away with me
But you can't fly unless you let your... let yourself fall



makalah sejarah peradaban abbasiyah



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah
Istilahperadaban Islam” merupakan terjemahan ari bahasa Arab, yaitu al-Hadrah al-Islamiyah. Istlah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa  Indonesia dengan “Kebudayaan Islam”.
Peradaban Islam, dapat ditelusuri dari sejarah Rasulullah, para sahabat (Khalifahu Rasyidin), dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangasa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan di abaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban Islam yang masuk ke eropa melaui spanyol.
            Dalam sejarah Islam tercatat, bahwa salah satu dinamika islam itu dicirikan oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Umayyah dan Abbasiya. Umayyah dan Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya memunculkan ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir muslim.
Dalam diskusi kali ini, kami akan membahas peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah dan peradaban pada masa Abbasiyah, kemajuan dan kemunduran pada Dinasti Abbasiyah.


1.2. Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2.      Bagaimana peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah?
3.      Apa pengaruh Dinasti Abbasiyah terhadap negara-negara Eropa?


1.3. Tujuan pembahasan
Berdasarkan pembahasan latar belakang tersebut maka, penulis mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.      Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2.      Untuk mengetahui bagaimana peradaban Islam pada Dinasti Abbasiyah.
3.      Untuk menambah wawasan terhadap pengaruh Dinasti Abbasiyah dan sejarah Islam pada masa lampau.
 


















BAB 11
PEMBAHASAN MATERI


2.1. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah
            Menjelang akhir daulah umayyah 1, terjadi bermacam-macam kekacauan yang antara lain disebabkan:
1.      Penindasan yang terus-menerus terhadap pengikut Ali dan bani Hasyim pada umumnya.
2.      Merendahkan kaum muslimin yang bukan bangsa arab sehingga mereka tidak diberi kesempatan dalam pemerintahan.
3.      Pelanggaran terhadap ajaran Islam dan HAM dengan cara terang-terangan.

Oleh karena itu, bani Hasyim mencari jalan keluar dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan daulah umayyah. Gerakan ini menghimpun:
a)      Keturunan Ali (Alawiyin) pemimpin Abu Salamah.
b)      Keturunan Abbasiyah pemimpinnya Ibrahim al-iman.
c)      Keturunan bangsa Persia pemimpinnya Abu Muslim al—Khurasany.
Mereka memusatkan kegiatannya di Khurasan, dengan usaha tersebut tumbanglah daulah umayyah dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir. Dengan terbunuhnya Marwan maka mulailah berdiri daulah Abbasiyah dengan diangkatnya khalifah pertama Abdullah bin Muhammad dengan gelar Abu al-Abbas al-Saffah, pada tahun 132-136 H/750-754 M atau selama lima abad.[1]
Berdirinya dinasti ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya dinasti ini terdapat 3 poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya dalam menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib. Nama Al-abbas paman Rasulullah inilah yang disandarkan pada 3 tempat pusat kegiatan tersebut, yaitu Humaimah, Kufah, Khurasan. Humaimah merupakan tempat yang tentram, bermukim dikota itu keluarga Bani Hasyim, baik dari kalangan pendukung Ali maupun Abbas. Kufah merupakan wilayah yang penduduknya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Thalib yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah. Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu, dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, di sanalah yang diharapkan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.   
      Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar berdirinya Dinasti Abbasiyah. Ia menyiapkan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga Rasulullah. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah pimpinannya yang berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
      Propaganda Abbasiyah dilaksanakn dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan Umayyah lalu dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya dan memerintahkan untuk pindah ke kufah. Sedangkan, pemimpin propaganda dibebankan oleh Abu Salamah. Segeralah Abu abbas pindah dan diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullan bin Ali.
      Penguasa umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah ditaklukkan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah umayyah terakhir yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di dataran rendah Sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyebrangi Sungai Eufrat sampai ke Damaskus. Khalifah tersebut melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-fayyum, tahun 132 H/750 M dibawah pimpinan Salih bin Ali seorang paman abbas yang lain. Dengan demikian tumbanglah Dinasti Umayyah, dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah. [2]
       
2.2. Pemerintahan Abul Abbas Ash-shaffah
            Bani Abbasiyah mewariskan imperium besar dari Bani Umayyah. Mereka mendapatkan keuntungan yang sangat besar karena landasannya telah disiapkan oleh Bani Umayyah yang besar dan Abbasiyah-lah yang pertama kali memanfaatkannya. Penggantian dinasti ini di dalam kepemimpinan masyarakat Islam lebih dari sekedar pergantian dinasti namun pergantian ini adalah revolusi dalam sejarah Islam.
            Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat Islam menyatakan setia kepada Abul Abbas Ash-Shaffah sebagai khalifah mereka. Ash-Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dari massa pemerintahannya untuk memerangi para pemimpin Arab yang diketahui membantu Bani Umayyah.
            Kekhalifahan Ash-Shaffah hanya bertahan 4 tahun 9 bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di Abar, satu kota yang telah dijadikannya sebagai tempat kedudukan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun bahkan ada yang mengatakan ia meninggal pada saat berumur 29 tahun.
            Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politi, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola perubahan tersebut, para sejarahwan membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menyadi empat periode, yaitu:
1.      Masa Abbasiyah 1, yaitu semenjak lahirnya daulah Abbasiyah tahun 132 H (759M) sampai meninggalnya khalifah al-watsiq 232 H(847 M).
2.      Masa Abbasiyah 11, yaitu mulai khalifah Al-Muttawakkil pada tahun 232 H (847 M) sampai berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 m).
3.      Masa Abbasiyah 111, yaitu berdirinya daulah Buwaihiyah tahun 334 H (946 M)  sampai masuknya kaum saljuk ke Baghdad tahun 447 H(1055 M).
4.      Masa Abbasiyah 1V, yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad ke tangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M).[3]

2.3. Baghdad sebagai pusat peradaban Islam
            Pada mulanya ibu kota negara adalah Al-Hasyimiyah dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri, Al-manshur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru di bangunnya yaitu Baghdad dekat ibu kota persia dulu, Ctesipon pada tahun 762 M.
            Baghdad terletak di pinggir kota Tigris. Al-manshur sangat cermat dan teliti dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari kota tersebut. Bahkan ada beberpa orang yang ditugaskan untuk tinggal di tempat tersebut untuk beberapa musim yang berbeda. Kemudia, para ahli melaporkan kepadanya tentang keadaan udara, tanah, dan lingkungan setelah melakukan penelitian secara seksama, barulah tempat tersebut ditetapkan sebagai ibukota.
            Sejak berdirinya kota baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Kota baghdad sebagai pusat intelektual terdapat beberapa pusat aktivitas pengembangan ilmu, antara lain baitul hikmah yaitu lembaga ilmu pengetahuan sebagai pusat pengkajian berabagai ilmu. Baghdad juga sebagai pusat penerjemahan buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
            Sebagai ibu kota, baghdad mencapai puncaknya pada masa Harun Ar-rasyid walaupun kota tersebut belum lima puluh tahun dibangun. Kemegahan dan kemakmuran tercermin dalam istana khalifah yang luasnya sepertiga dari kota baghdad yang berbentuk bundar yang dilengkapi beberapa bangunan sayap dan ruang audiensi yang dipenuhi berbagai perlengkapan yang terindah. Kemewahan istana itu muncul terutama dalam upacara penobatan khalifah, perkawinan, keberangkatan haji, dan jamuan untuk para duta negara asing. Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. [4]

2.4. Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad
            Dalam bidang politik, disintegrasi sebenarnya sudah mulai terjadi pada akhir zaman Umayyah. Sebagaimana diketahui, wilayah kekuasaan Bani Umayyah dari awal berdirinya hingga masa kehancurannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini berbeda dengan masa Dinasti Abbasiyah, kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui oleh Islam di wilayah Spanyol dan Afrika utara, kecuali mesir. Bahkan dalam kenyataannya, banyak wilayah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada dibawah kekuasaan gubernur provinsi yang bersangkutan. Hubungannya dengan khalifah ditandai dengan upeti. 
            Ada kemungkinan bahwa para khalifah Bani Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari provinsi-provinsi tertentu, dengan pembayaran upeti. Alasannya, pertama, mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya. Kedua, penguasa bani Abbasiyah lebih menitikberatkan pada peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
            Akibat dari kebijaksanaan tersebut beberapa provinsi tertentu yang berada di pinggiran mulai melepas diri dari genggaman Bani Abbasiyah. Adapun Dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.      Thahiriyah di khurasan, persia (820-872 M).
2.      Safariyah di fars, persia (868-901 M).
3.      Samaniyyah di transoxania (873-998 M).
4.      Sajiyyah di azerbaijan (878-930 M).
5.      Buwaihiyah, persia (932-1055 M).
6.      Thuluniyah di mesir (837-903 M).
7.      Ikhsidiyah di turkistan (932-1163 M).
8.      Ghazwaniyah di afganistan (962-1189 M).
9.      Dinasti saljuk (1055-1157 M).
10.  Al-barzuqani, kurdi (959-1015 M).
11.  Abu ali, kurdi (990-1095 M).
12.  Ayyubiyah, kurdi (1167-1250 M).
13.  Idrisiyah di maroko (788-985 M).
14.  Aghlabiyah di tunisia (1800-900 M).
15.  Dulafiyah di kurdistan (825-898 M).
16.  Alawiyah di tabiristan (864-928 M).
17.  Hamdaniyah di aleppo dan musil (929-1002 M).
18.  Mazyadiyyah di hillah (1011-1150 M).
19.  Ukailiyah di mausil (996-1095 M).
20.  Mirdasiyah di allepo (1023-1079 M).
21.  Dinasti umayyah di spanyol.
22.  Dinasti fatimiyah di mesir.
Dari latar belakang dinasti tersebut,tampak jelas adanya persaingan antarbangsa terutama antara arab, persia, dan turki. Di samping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi oleh paham keagamaan, ada yang berlatar belakang Syi’ah dan ada pula yang Sunni.[5]

2.5. Para khalifah Dinasti Abbasiyah
            Sebelum Abul Abbas Ash-Shaffah meninggal, ia mewasiatkan penggantinya yaitu saudaranya abu ja’far yang memakai gelar Al-Manshur, kemudian Isa bin Musa keponakannya. Sistem pengumumannya mengikuti cara pada Dinasti Bani Umayyah. Pada masa Dinasti ini, memiliki 37 khalifah, mereka adalah:
1.      Abul Abbas Ash-Shaffah (pendiri)                             749-754 M
2.      Abu Ja’far Al-Manshur                                               754-775 M
3.      Abu Abdullah Muhammad Al-Mahdi                                    775-785 M
4.      Abu Muhammad Musa Al-Hadi                                 785-786 M
5.      Abu Ja’far Harun Ar-Rasyid                                      786-809 M
6.      Abu Musa Muhammad Al-Amin                                809-813 M
7.      Abu Ja’far Abdullah Al-Ma’mun                               813-833 M
8.      Abu Ishaq Muhammad Al-Mu’tashim                        833-842 M
9.      Abu Ja’far Harun Al-Watsiq                                       842-847 M
10.  Abu Fadl Fa’jar Al-Mutawakil                                   847-861 M
11.  Abu Ja’Far Muhammad Al-Muntashir                        861-862 M
12.  Abul Abbas Ahmad Al-Musta’in                               862-866 M
13.  Abu Abdullah Muhammad Al-Mu’taz                       866-869 M
14.  Abu Ishaq Muhammad Al-Muhtadi                           869-870 M
15.  Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tamid                              870-892 M
16.  Abul Abbas Ahmad Al-Mu’tadid                              892-902 M
17.  Abul Muhammad Ali Al-Muktafi                               902-905 M
18.  Abul Fadl Ja’far Al-Muqtadir                                     905-932 M
19.  Abu Mansur Muhammad Al-Qahir                             932-934 M
20.  Abul Abbas Ahmad Ar-radi                                       934-940 M
21.  Abu Ishaq Ibrahim Al-Muttaqi                                   940-944 M
22.  Abul Qasim Abdullah Al-Mustaqi                              944-946 M
23.  Abul Qasim Al-Fadl Al-Mu’ti                                    946-974 M
24.  Abul Fadl Abdul Karim At-thai                                 974-991 M
25.  Abul Abbas Ahmad Al-Qadir                                                991-1031 M
26.  Abul Ja’far Abdullah Al-Qaim                                   1031-1075 M
27.  Abul Qasim Abdullah Al-Muqtadi                             1075-1094 M
28.  Abul Abbas Ahmad Al-Mustadzir                             1094-1118 M
29.  Abul Manshur Al-Fadl Al-Mustarsyid                       1118-1135 M
30.  Abu Ja’far Al-Mansur Ar-Rasyid                               1135-1136 M
31.  Abu Abdullah Muhammad Al-Muttaqi                      1136-1160 M
32.  Abul Mudzafar Al-Mustanjid                                     1160-1170 M
33.  Abu Muhammad Al-Hasan Al-Mustadi                     1170-1180 M
34.  Abu Al-Abbas Ahmad An-Nasir                                1180-1225 M
35.  Abu Nasr Muhammad Az-Zahir                                 1225-1226 M
36.  Abu Ja’far Al-Mansur Al-Mustansir                           1226-1242 M
37.  Abu Ahmad Abdullah Al-Mu’tasim billah                 1242-1258 M

Pada masa bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656 H/1258M, ada seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan yang bergelar hanya dibidang keagamaan dibawah kekuasaan kaum mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan khalifah terakhir keturunan Abbasiyah si Mesir berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh Sultan Salim 1 dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M. Dengan demikian, hilanglah kekhalifahan Abbasiyah untuk selama-lamanya.
Para khalifah Bani Abbasiyah yang ada di Mesir adalah sebagai berikut.
1.      Al-Muntashir                                       1261-1261 M
2.      Al-Hakim I                                          1261-1302 M
3.      Al-Mustakfi                                        1302-1340 M
4.      Al-Wasiq                                             1340-1341 M
5.      Al-Hakim II                                        1341-1352 M
6.      Al-Mutadid I                                      1352-1362 M
7.      Al-Muttawakil            I                                  1362-1377 M
8.      Al-Mu’tashim                                      1377-1377 M
9.      Al-Muttawakil I                                  1377-1383 M
10.  Al-Watsiq II                                        1383-1386 M
11.  Al-Mu’tashim                                      1386-1389 M
12.  Al-Muttawakil                                                1389-1406 M
13.  Al-Musta’in                                         1406-1414 M
14.  Al-Mu’tadid                                        1414-1441 M
15.  Al-Mustakfi II                                                1441-1451 M
16.  Al-Qaim                                              1451-1455 M
17.  Al-Mustanjid                                       1455-1479 M
18.  Al-Muttawakil            II                                1479-1497 M
19.  Al-Mustamsik                                     1497-1508 M
20.  Al-Muttawakil            III                               1508-1516 M
21.  Al-Mustamsik                                     1516-1517 M
22.  Al-Muttawakil III                               1517-1517 M[6]

                                    
2.6. Masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah
Pada periode pertama pemerintahan Abbasiyah mengalami masa keemasan. Secara politis para khalifah menjadi tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga siap menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Kejayaan masa Abbasiyah ini dikarenakan pada periode ini lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Disinilah letak perbedaan Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Mukmin (813-833 M). Ketia Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India.
Pada masanya hidup pula para filsuf, pujangga, ahli baca Al-Quran dan para ulama dibidang agama. Didirikan perpustakaan yang bernama Baitul Hikmah. Pada masanya berkembang pula ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu Al-Quran, Qira’at, hadist, fiqh, ilmu kalam, bahasa, dan sastra. Empat mahzab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Abbasiyah, diantaranya yaitu Imam Abu Hanafi (meninggal di Baghdad tahun 150 H/ 677 M) adalah pendiri mahzab Hanafi. Imam Malin bin Anas banyak menulis hadist dan pendiri mahzab maliki (wafat di Madinah tahun 179 H/795 M). Muhammad bin Idris Ash-Syafi’i (wafat di Mesir tahun 204 H/819 M) adalah pendiri mahzab Syafi’i. Ahmad bin Hanbul pendiri mahzab hambali (wafat tahun 241 H/855 M). Di samping itu dikembangkan pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, dan kimia.
Lembaga Islam pada masa Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahasa administrasi maupun bahasa ilmu pengetahuan yang sudah berlaku sejak masa Bani Umayyah. Kemajuan tersebut ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut.
1.      Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembanga dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerinahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh persia, india, dan yunani sangat berjasa dalam perkembangan ilmu.
2.      Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada masa khalifah Al-mansur hingga harun ar-rasyid, pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang asronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai dari masa khalifah Al-makmun hingga tahun 300 H, buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300H, teruatama setelah pembuatan kertas, selanjutnya bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin luas.[7]
Khalifah Harun Ar-Rasyid merupakan penguasa yang paling kuat di dunia pada saat itu, tidak ada yang menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya, dan kekuatan pemerintahannya serta ketinggian budaya dan peradaban yang berkembang di negaranya. Khalifah harun Ar-rasyid berada pada tingkat yang paling tertinggi tingkatannya jika dibandingkan dengan karel Agung di Eropa yang menjalin persahabatan dengannya karena motif yang saling menguntungkan. Harun bersahabat dengan karel untuk mengahadapi dinasti umayyah di Andalusia, sementara karel berkepentingan dengan khalifah untuk menghadapi Bizantium. Baghdad sebagai ibu kota Abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu, walau dengan konstantinopel sebagai ibu kota Bizantium sekalipun.
                                                                                        
2.7.Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunduran Dinasti Abbasiyah
            Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu khan pada tahun 1258 M. Semua bangunan termasuk istana emas dihanguskan oleh tentara Mongol, termasuk bangunan pendidikan semua di luluh lantakkan. Pada tahun 1400 M kota ini doserang pula oleh pasukan Timur lenk, pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Safawi.
            Menurut W.Montgomery Watt, bahwa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1.      Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Selain itu, rasa kepercayaan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2.      Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.      Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim,M.A., diantar ahal yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.
1.      Persaingan antar banga\sa
Khalifah Abbasiyah sisirikan oleh bani abbas yang bersekutu dengan persia. Persekutuan tersebut dilakukan karena adanya kesamaan nasib karena penindasan yang dilakukan dinasti umayyah. Setelah Dinasti Abbasiyah berdiri, ia tetap mempertahankan persekutuan tersebut. Pada masa ini persaingan antar bangsa memicu untuk saling berkuasa. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifal Abbasiyah berdiri.
2.      Merosotnya perekonomian
Kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada awal pemerintahan dana yang masuk lebih besar dari dana yang keluar, sehingga baitul mal penuh dengan harta, dan menjadi pemerintahan yang kaya. Setelah khlaifah mengalami periode kemunduran, pendapatan mengalami penurunan, dengan demikian terjadilah kemerosotan dibidang ekonomi.
3.      Konflik keagamaan
Konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga mengakibatkan terjadinya perpecahan. Berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, syi’ah, ahlus sunnah,dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.      Perang salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal umat islam. Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian pemerintah abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salin sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5.      Perang bangsa Mongol (1258 M)
Serangan tentara mongol ke wilayah kekuasaan isalam menyebabkan kekuatan isalm menjadi lemah, apalagi serangan hulaga khan dengan pasukan mongol yang menyebabkan kekuatan abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah kepada kekuatan mongol.[8]

2.8. Akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Akhir dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah ialah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan mongol yang dipimpin oleh hulaga khan, 656 H/1258 M. Hulaga khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga ke Asia Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menguasakannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Baghdad dihanguskan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al-Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di baitul hikmah dibuang ke sungai Tigris sehingga berubahlah warna air sungai menjadi hitam karna lunturan tinta yang ada pada buku-buku tersebut.
Dengan demikian, lenyaplah Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.[9]












BAB 111
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
            Dari pembahasan dalam makalah ini, kami dapat mengambil kesimpulan bahwa berdirinya Dinasti Abbasiyah ini didirikan atas dua strategi, yaitu: pertama, dengan sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, ini sudah berlangsung sejak akhir abad pertengahan hijriah yang dipusatkan di Al Hamimah. Kedua, dengan cara terang-terangan dan himbauan di forum resmi untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah dan berlanjut dengan peperangan melawan Daulah Umayyah.
Sistem pemerintahannya meniru Dinasti umayyah, dasar-dasar pemerintahan diletakkan oleh khalifah kedua, abu ja’far Al- mansyur. Sistem politik dijalankan oleh para khalifah keturunan Arab murni, kota baghdad dijadikan sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat peradaban di masanya.   Dalam peradabannya Dinasti ini  memiliki peradaban yang tertinggi setelah masa Dinasti Umayyah sebelumnya. Selain itu, Dinasti Abbasiyah sangat berpengaruh terhadap negara-negara bagian eropa.
3.2.Saran
            Dari pembahasan makalah ini kami berharap, para pembaca dapat memahami dan mengerti tentang sejarah peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Memahami dan mengerti pada saat berdirinya dinasti tersebut, peradaban yang terjadi pada masanya dan pengaruh Dinasti tersebut terhadap negara-negara disekitarnya.



SOAL ESSAY
Essay
1.      Jelaskan sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah!
2.      Apa yang menyebabkan Kemunduran Dinasti Abbasiyah dan bagaimana akhir kekuasaan Dinasti Abbasiyah?



Soal pilihan ganda alternatif

1.      Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase yaitu . . .
a.       Fase pertama masa khalifah Al-Manshur  hingga Harun Ar-Rasyid, fase kedua masa khalifah Al- Makmun hingga 300 H, fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H.
b.      Fase pertama masa khalifah Al-Makmun hingga Al-Manshur, fase kedua masa kholifah Bani Umayyah hingga Al- Manshur, fase ketiga masa khalifah harun Al-Rasyid.
c.       Fase pertama berlangsung pada 300 H, fase kedua masa khalifah Al –Manshur hingga harun Ar- rasyid, fase ketiga masa khalifah Al-Makmun hingga  300 H.
d.      Fase pertama masa khalifah Al- Makmun hingga 300 H, fase kedua masa khalifah Al- Manshur hingga Bani Umayyah, fase ketiga berlangsung setelah tahun 300H.
e.       Fase pertama masa khalifah Al –Manshur hingga Harun Al- Rasyid, fase kedua berlangsung setelah tahun 300 H,fase ketiga kholifah Bani Umayyah.

2.      Mengapa Bani Abbasyiah mewarisi imperium besar dari Bani Umayyah....
a.       Karena landasan yang pertama telah dipersiapkan oleh Bani Umayyah yang besar dan mencapai hasil lebih banyak.
b.      Karena Bani Abbasiyah mempunyai peluang besar.
c.       Karena Bani Abbasiyah merupakan pemimpin Arab.
d.      Karena masa Abbasiyah mengalami masa kejayaan yang sangat pesat.
e.       Karena masa Abbasiyah ditandai semenjak meninggalnya Khalifah Al-Watsiq.


3.      Apa penyebab peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. . .
a.       Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih banyak pendukung dari Bani Abbasiyah.
b.      Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.
c.       Dinasti Abbasiyah lebih mengutamakan kemakmuran Bani Abbasiyah nya.
d.      Dinasti Abbasiyah lebih mengutamakan pemerintahan dan kemakmuran Bani Abbasiyah.
e.       Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih mementingkan kekuasaan.

4.      Mengapa pada masa pemerintahan Al-Makmun, pengaruh Yunani sangat kuat....
a.       Sebab bangsa Yunani menguasai pemerintahan Al-Makmun.
b.      Karena bangsa Yunani sangat pintar menguasai bahasa.
c.       Karena ilmu-ilmu yang masuk ke dalam Islam melaui terjemahan dari bahasa Yunani diterjemahkan oleh seorang Kristen ke dalam bahasa Arab.
d.      Karena  masa pemerintahan Al-Makmun mengalami perkembangan dalam terjemahan dari bahasa Yunani ke bahasa Arab.
e.       Karena Al-Makmun pandai dalam menerjemahkan bahasa Yunani ke bahasa Arab.

5.      Apa yang melandasi Harun bersahabat dengan Karel, dan Karel bersahabat dengan Harun...
a.       Karena untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan dalam masa pemerintahannya.
b.      Karena Harun ingin menguasai wilayah Karel.
c.       Karena mereka sama-sama ingin menguasai wilayah islam.
d.      Adanya faktor ektren dan intern.
e.       Karena Harun ingin menghadap Dinasti Umayyah di andalusiah, sementara karel berkepentingan dengan Harun untuk menghadapi Bizamtium dan Baghdad yang sebagai ibukota Abbasiyah.

6.      Apa penyebab hilangnya kekhalifahan Abbasiyah untuk selama-lamanya....
a.       Karena khalifah Abbasiyah sudah tutup usia.
b.      Karena adanya serangan dari Bani Ummayah.
c.       Karena di ambilnya jabatan oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai mesir.
d.      Karena terjadi peperangan yang sangat dahsyat di Baghdad oleh bangsa Mongol.
e.       Karena ketidaksanggupan khalifah Abbasiyah untuk menjabat lagi sebagai khalifah.

7.      Apa yang melatar belakangi Al-Manshur memindahkan ibu kota Negara ke kota yang baru di bangunnya, Baghdad dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon...
a.       Karena untuk memantapkan dan menjaga stabilitas negara.
b.      Karena untuk menghindari serangan dari negara lain.
c.       Untuk menjadikan negara lebih baik.
d.      Karena adanya serangan dari bangsa Mongol untuk menguasai negara tersebut.
e.       Karena untuk mengubah kemakmuran dan kesejahteraan negara.

8.      Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah...
a.       Karena para khalifah Abbasiyah sudah tidak sanggup lagi dalam memimpin.
b.      Karena luasnya wilayah kekuasan daulah Abbasiyah, sementara konmunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dentan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
c.       Karena adanya ketidakstabilan pemerintahan.
d.      Karena sempitnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah.
e.       Karena terjadinya persaingan kekuasaan yang sangat menonjol antar bangsa.

9.      Apa penyebab beberapa dinasti melepaskan diri dari Baghdad....
a.       Karena mereka ingin mendirikan negara sendiri tanpa campur tangan khalifah yang lain.
b.      Karena mereka ingin bebas dari tekanan bangsa lain yang ingin menguasai Baghdad.
c.       Penguasa Bani Abbas lebih menitikberatkan pembinaan peradabn dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
d.      Penguasa Bani Abbas ingin menguasai wilayah nya sendiri.
e.       Bani Abbasiyah tidak kuat dengan sikap otoriter pemimpin Baghdad.

10.  Apa akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam...
a.       Beberapa provinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah.
b.      Negara bertambah kokoh persatuan dan kesatuannya.
c.       Semakin meningkatnya kedisiplinan negara.
d.      Semakin stabilnya perekonomian negara.
e.       Semakin majunya negara dalam berbagai aspek.




DAFTAR PUSTAKA

Amir munir samsul, sejarah peradaban islam, jakarta:AMZAH,2009.
Sunanto musyrifah, sejarah islam klasik, jakarta: pernada media,2003.
Yatim badri, sejarah peradaban islam, jakarta: rajagrafindo persada,1998.
Nizar samsul, sejarah pendidikan islam, jakarta: kencana,2011.
                                                                                                        



[1] Prof.Dr.Hj. Musyrifah Sunanto, sejarah islam klasik, (jakarta:pernada media, 2003), jilid 1, hal.47.

[2] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., sejarah peradaban Islam, (jakarta:AMZAH,2009), hal.138.
[3] Ibid, hal.140.
[4] Ibid, hal.147.
[5] Ibid, hal.153.
[6] Ibid, hal.141.
[7] Dr. Badri Yatim, M.A., sejarah peradaban Islam, (jakarta: Rajagrafindo persada,1998), hal.55.

[8] Drs. Samsul Munir Amin, M.A., sejarah peradaban Islam, (jakarta:AMZAH,2009), hal.154-156.
[9] Ibid, hal.157.